“Hati kami telah saling tertambat, mungkin itulah mengapa sulit untuk orang lain menempatinya. Meski kami bukan sosok sempurna, tapi saling menyempurnakan atas izin Allah Swt. Dari partner kerja, menjadi partner hidup. Itulah kami.”
Begitulah sebuah kutipan yang admin dapatkan dari kisah cintanya Mas Kuncoro dan Mba Kiki. Mas Kuncoro dan Mba Kiki telah melangsungkan acara pernikahannya 7 November 2015 kemarin. Congratss ya buat Mas Kuncoro dan Mba Kiki atas pernikahannya, semoga langgeng terus sampai tua dan cepat diberi keturunan.
datangya.com/kiekun
Awal kisah mereka berdua adalah saat sama sama mengabdi menjadi guru di sebuah Sekolah. Namun bukan pandangan pertama yang menjadi cinta, melainkan dari proyek album sekolah yang mendekatkan mereka berdua. Bagaimana? Penasaran bukan dengan kisah cinta mereka berdua. Lansung saja disimak berikut ini.
Butuh waktu tiga tahun untuk membuktikan cinta. Jelas bukan cinta pada pandangan pertama, bukan pula cinta berbalut rayuan gombal dan romantisme. Inilah cinta yang tak berpamrih, cinta yang tulus, cinta yang tak buta karena tetap disertai tawakkal dan logika.
Berawal tahun 2012, kami pertama bertemu. Dan saksi kisah kami adalah sekolah tempat kami mengabdi sebagai guru. Bila kisah orang lain bisa berawal dari tatap mata, maka kisah kami berawal dari denting piano dan lagu anak-anak. Proyek album sekolah membuat kami dekat. Tanpa sadar, ikatan profesional itu melahirkan saling memahami, saling percaya, dan saling mendukung.
Namun karena kisah kami bukanlah dongeng cinta klasik ala putri kerajaan, maka kedekatan itu tak juga berujung pada penyatuan dua hati. Ada saat kami berdua terpisah dan merasa lelah. Ada saat kami berdua ingin lari dari masing-masing. Ada saat kami berdua berusaha mencari tambatan ke lain hati. Semua kami lalui. Dan semuanya ibarat rotasi. Bisa berputar, tapi tetap pada porosnya.
Hati kami telah saling tertambat, mungkin itulah mengapa sulit untuk orang lain menempatinya. Meski kami bukan sosok sempurna, tapi saling menyempurnakan atas izin Allah Swt. Dari partner kerja, menjadi partner hidup. Itulah kami.
Kami berharap pernikahan ini dapat membawa kami menjadi pribadi yang lebih dekat pada Sang Khalik dan menjadi fase kehidupan baru yang serba kompleks tapi menyenangkan. Kami tahu akan banyak tantangan untuk membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah dan membina penerus kehidupan yang islami.
Kami sadar kerikil dan jalan terjal akan kami lalui. Tapi bismillah, semoga Allah Swt. senantiasa melindungi niat suci kami untuk menjadi belahan jiwa bagi masing-masing. Menjadi penenang kala salah satu dari kami meradang. Menjadi sayap kala salah satu dari kami ingin terbang. Menjadi penyemangat kala salah satu dari kami terjatuh.
Kepada keluarga dan sahabat, tak ada pinta kami selain doa. Agar kisah kami berujung bahagia dan keberkahan dari-Nya. Doa lah yang menguatkan cinta. Doa lah yang meneguhkan hati kami. Insya Allah.
Seperti penggalan lagu Tulus, “jangan cintai aku apa adanya…tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan”… maka kami berharap cinta kami akan selalu menuntut dan menuntun kami menjadi pribadi yang lebih baik dan saling melengkapi, hingga maut menghampiri.
27072015-08082015-07112015
Leave A Comment